TikTok Rebut Tahta Media Sosial Terpopuler di Indonesia 2025

     

    TikTok Rebut Tahta Media Sosial Terpopuler di Indonesia 2025

    SUDUTPANDANG. Tren penggunaan media sosial di Indonesia kembali mengalami perubahan besar pada tahun 2025. Berdasarkan hasil survei terbaru yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), TikTok berhasil meraih posisi sebagai platform media sosial paling banyak digunakan masyarakat Tanah Air, menggeser dominasi platform lama seperti YouTube, Facebook, dan Instagram.

     

    Fenomena ini menarik perhatian karena memperlihatkan betapa cepatnya perubahan preferensi digital masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Mari kita ulas lebih jauh temuan survei ini dan bagaimana pola penggunaan media sosial berbeda-beda berdasarkan usia, gender, hingga durasi waktu pemakaian.

     

    Hasil Survei APJII TikTok Melesat ke Puncak

     

    Survei yang dilakukan APJII ini melibatkan 8.700 responden dari berbagai latar belakang usia (minimal 13 tahun) dan tersebar di seluruh 38 provinsi di Indonesia. Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka, yang dilakukan selama periode 10 April hingga 16 Juli 2025.

     

    Hasilnya cukup mengejutkan. Berikut adalah daftar lima besar media sosial yang paling banyak digunakan:

     

    • TikTok – 35,17%
    • YouTube – 23,76%
    • Facebook – 21,58%
    • Instagram – 15,94%
    • X/Twitter – 0,56%

     

    Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa hanya TikTok yang berhasil mencatat pertumbuhan signifikan, naik dari sekitar 18,61% pada periode sebelumnya. Sebaliknya, platform lain justru mengalami penurunan. YouTube yang dulu kuat di angka 27,53% kini merosot ke 23,76%. Facebook mengalami penurunan tajam dari 34,85% menjadi 21,58%. Instagram relatif stabil, meski tetap menurun tipis dari 16,07% ke 15,94%. Sementara itu, X (dulu Twitter) stagnan di kisaran 0,5%.

    Tren ini mempertegas bahwa konten video pendek dengan gaya cepat, kreatif, dan interaktif ala TikTok semakin digemari masyarakat Indonesia.

    TikTok Unggul di Semua Gender

     

    • Bila dilihat berdasarkan gender, TikTok terbukti menjadi favorit baik bagi laki-laki maupun perempuan.
    • Pengguna laki-laki: 32,98% memilih TikTok, disusul YouTube (26,31%) dan Facebook (21,85%).
    • Pengguna perempuan: dominasi TikTok lebih kuat lagi, mencapai 37,55%. Sementara YouTube dan Facebook sama-sama berada di kisaran 21%.

     

    Perbedaan ini menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di TikTok dibandingkan platform lain. Tidak mengherankan, karena TikTok kerap menjadi wadah berbagai tren gaya hidup, hiburan, hingga tips praktis yang menarik perhatian audiens perempuan.

     

    Generasi dan Preferensi Platform

     

    Salah satu temuan menarik dari survei APJII adalah bagaimana tiap generasi memiliki pola konsumsi media sosial yang berbeda.

     

    • Generasi Z (lahir 1997–2012): TikTok benar-benar merajai dengan 42,27% pengguna. Instagram berada di posisi kedua dengan 25,33%, lalu YouTube (17,33%), dan Facebook (13,22%).
    • Generasi Milenial (1981–1996): TikTok tetap unggul dengan 33,40%, disusul Facebook (27,03%) dan YouTube (23,86%).
    • Generasi X (1965–1980): YouTube mendominasi dengan 31,69%, diikuti TikTok (28,58%) dan Facebook (27,19%).
    • Baby Boomers (1946–1964): mayoritas memilih YouTube (39,11%), lalu TikTok (21,78%) dan Facebook (22%).
    • Pra-Boomer (sebelum 1945): YouTube menjadi favorit (45,45%), sedangkan 22,73% responden di kelompok usia ini mengaku tidak tahu atau tidak begitu familiar dengan media sosial.

     

    Dari sini terlihat jelas bahwa TikTok adalah pilihan utama bagi generasi muda, sementara YouTube masih memegang pengaruh besar di kalangan usia lebih tua.

    Durasi Pemakaian Media Sosial

    Selain preferensi platform, survei ini juga memotret kebiasaan masyarakat dalam menggunakan media sosial setiap harinya. Mayoritas responden, yakni 34,17%, menghabiskan waktu 1 hingga 2 jam per hari untuk berselancar di media sosial. Namun ada tren yang menarik, jumlah pengguna yang aktif 2 hingga 3 jam per hari meningkat pesat, dari sebelumnya 22,09% menjadi 33,03%.

    Artinya, masyarakat semakin betah berlama-lama di dunia maya, entah untuk hiburan, interaksi sosial, maupun mencari informasi. TikTok dengan algoritmanya yang pintar merekomendasikan konten personal tampaknya menjadi faktor utama mengapa pengguna semakin sulit melepaskan diri.

     

    Apa Makna dari Hasil Survei Ini?

     

    Hasil survei APJII 2025 membawa sejumlah catatan penting:

     

    1. Dominasi Konten Video Pendek
      Lonjakan TikTok menandakan pergeseran besar dalam cara masyarakat mengonsumsi informasi dan hiburan. Konten singkat, kreatif, dan mudah dibagikan kini lebih diminati dibandingkan format panjang.
    2. Strategi Pemasaran Digital Harus Berubah
      Bagi pelaku usaha maupun pemasar digital, temuan ini adalah sinyal bahwa TikTok seharusnya menjadi kanal utama untuk menjangkau audiens muda. Namun, strategi di YouTube juga tidak bisa diabaikan, terutama untuk menjangkau generasi yang lebih dewasa.
    3. Perbedaan Generasi = Perbedaan Konten
      Generasi Z lebih menyukai konten visual singkat dan tren viral, sedangkan generasi lebih tua masih loyal dengan platform seperti YouTube yang menawarkan format video panjang dan informatif.
    4. Durasi Pemakaian Meningkat
      Fakta bahwa durasi penggunaan semakin lama berarti peluang lebih besar bagi kreator dan brand untuk masuk dalam keseharian masyarakat, tetapi juga menimbulkan tantangan terkait kesehatan digital.

     

    Kesimpulan

     

    Survei APJII 2025 memberikan gambaran jelas bahwa TikTok kini menduduki posisi teratas sebagai media sosial terpopuler di Indonesia, menggeser dominasi platform lama. Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan refleksi dari perubahan gaya hidup digital masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang haus akan hiburan cepat dan interaktif.

     

    Sementara itu, YouTube, Facebook, dan Instagram masih memiliki basis pengguna yang besar, terutama di kalangan generasi yang lebih tua. Ke depan, tantangan bagi platform lain adalah bagaimana menyesuaikan diri dengan pola konsumsi konten yang semakin cepat berubah.

     

    Bagi para kreator konten, pelaku bisnis, maupun pengiklan, memahami peta ini adalah kunci untuk tetap relevan. Yang jelas, lanskap media sosial Indonesia 2025 membuktikan bahwa siapa yang mampu menghadirkan konten kreatif, singkat, dan menarik, dialah yang akan memenangkan hati pengguna.

    LihatTutupKomentar