SUDUTPANDANG. Internet sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Mulai dari bekerja, belajar, hingga
hiburan, semuanya hampir selalu terhubung dengan jaringan internet. Namun, di
balik kemudahan tersebut, ada pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas sebenarnya, berapa banyak uang yang orang Indonesia keluarkan setiap bulan
hanya untuk membeli paket internet?
Menurut hasil survei terbaru yang dilakukan Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2025, pola konsumsi
masyarakat dalam membeli paket internet menunjukkan tren yang cukup jelas.
Mayoritas pengguna internet di Tanah Air lebih banyak mengalokasikan dana di
kisaran Rp50.000 hingga Rp100.000 per bulan. Angka ini mencerminkan bagaimana
internet sudah dianggap kebutuhan esensial, tetapi tetap harus disesuaikan
dengan kondisi keuangan masing-masing pengguna.
Dominasi Pengeluaran Rp50.000–Rp100.000 per Bulan
Data APJII memperlihatkan bahwa sekitar 52,3% masyarakat
Indonesia memilih paket internet di rentang Rp50.000 hingga Rp100.000.
Persentase ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka
45%. Artinya, ada tren semakin banyak orang yang rela menambah sedikit anggaran
untuk mendapatkan kualitas internet yang lebih baik atau kuota yang lebih
besar.
Di sisi lain, kelompok pengguna yang menghabiskan kurang
dari Rp50.000 per bulan justru mengalami sedikit penurunan, dari 36,5% pada
tahun 2024 menjadi 34,5% di tahun 2025. Hal ini bisa menandakan dua hal pertama, adanya pergeseran kebutuhan digital yang semakin tinggi, dan kedua,
semakin sulitnya bertahan hanya dengan paket internet super hemat karena
aktivitas online masyarakat juga makin kompleks.
Kelompok Menengah dan Premium
Menariknya, mereka yang berada pada kelompok pengeluaran
Rp101.000–Rp250.000 justru mengalami penurunan. Jika di tahun 2024 angkanya
16,4%, kini hanya tinggal 12,2%. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena
operator seluler kini banyak menawarkan paket dengan kuota besar di harga lebih
terjangkau, sehingga orang yang sebelumnya membeli paket di atas Rp100 ribu,
kini bisa cukup dengan paket di bawahnya.
Adapun kelompok yang benar-benar mengeluarkan dana di atas
Rp250.000 per bulan untuk paket internet sangat kecil jumlahnya, hanya 1,02%.
Angka ini juga menurun dari tahun sebelumnya yang masih berada di level 1,61%.
Kelompok ini bisa dibilang adalah pengguna berat, misalnya mereka yang
pekerjaannya sangat bergantung pada koneksi internet cepat dan stabil, atau
keluarga yang berbagi hotspot dalam satu rumah.
Bagaimana Persepsi Masyarakat terhadap Harga Internet?
Selain membahas jumlah pengeluaran, survei APJII juga
menyoroti bagaimana masyarakat menilai biaya internet saat ini. Hasilnya cukup
beragam:
- 48,4% responden menilai harga internet masih sama seperti tahun lalu.
- 43,5% merasa biaya internet makin mahal, meskipun sebenarnya tidak sedikit operator yang menurunkan harga atau memberikan promo kuota besar.
- Hanya 8,1% responden yang merasakan biaya internet semakin terjangkau.
Perbedaan persepsi ini wajar terjadi, mengingat kebutuhan
setiap orang berbeda. Misalnya, seseorang yang hanya menggunakan internet untuk
aplikasi pesan singkat mungkin merasa harga masih sama, sementara mereka yang
rajin streaming video beresolusi tinggi tentu akan merasa biaya semakin
membengkak.
Jumlah Pengguna Internet Terus Bertumbuh
Di balik dinamika soal biaya, jumlah pengguna internet di Indonesia terus bertambah pesat. Hingga pertengahan 2025, jumlah pengguna internet di Tanah Air telah mencapai 229,43 juta jiwa, dengan tingkat penetrasi 80,66% dari total populasi.
Angka ini memperlihatkan bahwa internet sudah menjadi bagian
dari kehidupan mayoritas masyarakat. Bahkan, bisa dibilang internet kini
sejajar dengan kebutuhan pokok lainnya seperti listrik dan air. Tidak
mengherankan bila ada orang yang rela mengurangi belanja lain demi memastikan
kuota internet tetap tersedia setiap bulan.
Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Internet
Ada beberapa faktor utama yang membuat pola pengeluaran
internet masyarakat Indonesia berbeda-beda:
- Jenis Kebutuhan Digital
Mahasiswa dan pekerja kantoran umumnya membutuhkan kuota lebih besar untuk keperluan belajar online, rapat virtual, hingga mengunduh file berukuran besar. Sementara pengguna kasual lebih banyak mengandalkan kuota kecil untuk chat dan media sosial. - Lokasi dan Infrastruktur
Masyarakat perkotaan biasanya lebih boros internet karena akses jaringan lebih stabil, ditambah banyak layanan hiburan digital yang mudah diakses. Sebaliknya, di daerah dengan jaringan terbatas, masyarakat cenderung hemat kuota karena keterbatasan sinyal. - Strategi Operator Seluler
Paket bundling dengan harga kompetitif mendorong masyarakat untuk memilih opsi tertentu. Misalnya, paket unlimited aplikasi tertentu atau kuota malam yang besar bisa membuat orang merasa lebih hemat. - Pergeseran Gaya Hidup
Aktivitas hiburan berbasis internet seperti menonton film, bermain game online, hingga belanja daring semakin membuat kuota menjadi kebutuhan rutin, bukan sekadar tambahan.
Kesimpulan
Dari data yang ada, bisa disimpulkan bahwa internet sudah
menjadi bagian penting dalam anggaran bulanan masyarakat Indonesia. Mayoritas
pengguna saat ini berada pada rentang pengeluaran Rp50.000–Rp100.000 per bulan,
menunjukkan adanya keseimbangan antara kebutuhan digital dan daya beli.
Walau ada perbedaan persepsi mengenai mahal atau tidaknya
biaya internet, pertumbuhan jumlah pengguna menunjukkan bahwa masyarakat
semakin tidak bisa lepas dari layanan ini. Dengan penetrasi mencapai lebih dari
80% populasi, internet bukan lagi sekadar fasilitas, melainkan kebutuhan dasar
era digital.
Ke depan, tantangan bagi operator adalah menjaga agar
layanan tetap terjangkau tanpa mengorbankan kualitas, sementara bagi
masyarakat, internet akan terus menjadi ruang utama untuk bekerja, belajar, dan
bersosialisasi.

