SUDUTPANDANG. Dalam dunia bisnis dan teknologi, posisi “orang terkaya di
dunia” selalu menjadi sorotan publik. Persaingan tajam di bursa saham, inovasi
teknologi, hingga strategi bisnis global bisa mengubah peta kekayaan para
miliarder hanya dalam hitungan jam. Hal inilah yang baru saja terjadi pada Elon
Musk, pendiri Tesla dan SpaceX, yang untuk sesaat harus rela turun dari
singgasananya sebagai orang terkaya sejagat.
Sosok yang sempat menggeser Musk bukanlah orang baru dalam
dunia teknologi. Dia adalah Larry Ellison, pendiri sekaligus chairman Oracle
Corporation, perusahaan raksasa perangkat lunak yang kini berkembang pesat di
ranah komputasi awan (cloud) dan kecerdasan buatan (AI).
Kenaikan Saham Oracle Jadi Pemicu
Fenomena ini bermula pada Rabu, 10 September 2025, ketika
saham Oracle melesat lebih dari 40 persen. Lonjakan ini dipicu oleh
meningkatnya permintaan global terhadap layanan cloud computing dan solusi
berbasis AI yang ditawarkan Oracle. Perusahaan yang dulu dikenal dengan sistem
database-nya itu kini menjadi salah satu pemain besar yang serius menantang
Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft Azure.
Berkat kenaikan nilai saham tersebut, harta kekayaan Larry
Ellison melonjak drastis hingga mencapai USD 393 miliar atau sekitar Rp 6.200
triliun (kurs Rp 15.800 per USD). Angka ini membuatnya untuk sementara
melampaui Elon Musk, yang pada saat itu kekayaannya turun menjadi sekitar USD
385 miliar.
Tesla Tertekan, Kekayaan Musk Ikut Turun
Di sisi lain, penurunan posisi Musk erat kaitannya dengan
performa Tesla di pasar saham. Produsen mobil listrik yang menjadi ikon masa
depan transportasi itu tengah menghadapi tekanan dari berbagai sisi. Mulai dari
persaingan ketat dengan produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, hingga
kekhawatiran investor terhadap prospek jangka panjang perusahaan.
Fluktuasi saham Tesla inilah yang membuat nilai kekayaan Elon Musk sedikit merosot. Meski ia masih memiliki portofolio besar dari perusahaan lain seperti SpaceX, Neuralink, dan The Boring Company, pasar menaruh perhatian besar pada Tesla sebagai “tulang punggung” kekayaannya.
Gelar yang Hanya Bertahan Sesaat
Meskipun Larry Ellison sempat berada di puncak daftar orang
terkaya, status tersebut tidak berlangsung lama. Dinamika pasar yang begitu
cepat membuat posisi itu kembali direbut oleh Elon Musk hanya dalam hitungan
jam. Setelah pergerakan saham kembali stabil, Musk lagi-lagi dinobatkan sebagai
orang paling kaya di planet ini.
Kejadian singkat ini seolah menjadi pengingat bahwa gelar
orang terkaya dunia bukanlah sesuatu yang permanen. Nilainya sangat bergantung
pada performa saham, tren pasar, hingga sentimen investor. Hari ini seseorang
bisa berada di peringkat pertama, namun besok bisa turun ke posisi kedua atau
ketiga.
Larry Ellison “Raja Database” yang Bertransformasi
Nama Larry Ellison mungkin tidak setenar Elon Musk dalam
pemberitaan sehari-hari, tetapi kiprahnya di dunia teknologi tidak bisa
dipandang sebelah mata. Ia mendirikan Oracle pada tahun 1977, menjadikannya
salah satu perusahaan perangkat lunak paling berpengaruh di dunia.
Oracle pada awalnya terkenal sebagai penyedia sistem
database untuk perusahaan-perusahaan besar. Namun dalam beberapa tahun
terakhir, perusahaan ini melakukan transformasi besar-besaran menuju layanan
cloud dan AI. Strategi itu terbukti jitu, terbukti dari lonjakan harga saham
yang membuat Ellison sempat meraih posisi teratas dalam daftar orang terkaya
dunia.
Selain itu, Ellison juga dikenal sebagai sosok yang
eksentrik, mirip dengan Musk. Ia punya minat besar pada dunia penerbangan,
kapal pesiar mewah, hingga olahraga layar. Kehidupan pribadinya kerap menjadi
sorotan, meskipun tidak seintens perhatian media terhadap Musk.
Musk vs Ellison Dua Tokoh, Dua Pendekatan
Menariknya, jika dibandingkan, Musk dan Ellison sama-sama
mewakili wajah masa depan teknologi, tetapi dengan pendekatan yang berbeda.
Musk lebih identik dengan inovasi disruptif mulai dari mobil listrik, roket
yang bisa digunakan kembali, hingga eksperimen antarmuka otak.
Sementara Ellison lebih berfokus pada penguatan
infrastruktur digital, khususnya di bidang komputasi awan. Keduanya sama-sama
percaya bahwa teknologi adalah kunci masa depan, namun jalan yang mereka tempuh
untuk membangun kekayaan sangatlah berbeda.
Persaingan Para Miliarder Dunia
Fenomena bergantinya posisi orang terkaya ini bukan pertama
kali terjadi. Beberapa tahun terakhir, nama-nama seperti Jeff Bezos (Amazon),
Bernard Arnault (LVMH), hingga Bill Gates (Microsoft) juga sempat menduduki
posisi puncak. Setiap kali nilai saham perusahaan mereka naik atau turun,
peringkat kekayaan pun ikut berubah.
Hal ini menegaskan bahwa daftar orang terkaya dunia
sejatinya bukan hanya tentang jumlah uang, melainkan juga cerminan dari tren
industri global. Saat e-commerce berkembang pesat, Bezos berada di puncak.
Ketika pasar barang mewah melonjak, Arnault menjadi nomor satu. Kini, dengan AI
dan cloud sebagai tren utama, Ellison pun sempat berjaya.
Kesimpulan
Kisah singkat ketika Larry Ellison menggeser Elon Musk
sebagai orang terkaya di dunia menjadi potret bagaimana cepatnya dunia bisnis
dan teknologi berubah. Status itu memang hanya bertahan sesaat, tetapi cukup
untuk menegaskan bahwa inovasi dan tren pasar bisa mengguncang singgasana siapa
pun.
Musk mungkin kembali kokoh di posisi teratas untuk saat ini,
tetapi tidak ada jaminan ia akan bertahan selamanya. Pasar selalu bergerak,
pesaing selalu berinovasi, dan miliarder lain selalu menunggu momen yang tepat
untuk naik ke puncak.
Bagi publik, fenomena ini bukan sekadar angka miliaran dolar
yang berpindah tangan, melainkan cermin dari perubahan besar dalam arah
industri global. Dari mobil listrik hingga kecerdasan buatan, semua sedang
membentuk wajah ekonomi dunia di masa depan.