SUDUTPANDANG. Jakarta, September 2025 — Teknologi kecerdasan buatan (AI)
semakin hari semakin lekat dengan kehidupan profesional. Salah satu bukti
nyatanya datang dari Satya Nadella, CEO Microsoft, yang secara terbuka
membagikan “contekan” lima prompt GPT-5 andalannya. Menariknya, kelima formula
ini bukan sekadar contoh eksperimen, melainkan benar-benar ia gunakan setiap
hari lewat Microsoft 365 Copilot untuk mengatur ritme kerja, mempercepat
pengambilan keputusan, dan menjaga produktivitas tetap optimal.
Artikel ini akan mengulas kelima prompt tersebut dengan
bahasa yang lebih sederhana, sekaligus memberi gambaran bagaimana penggunaannya
bisa diterapkan dalam rutinitas siapa pun yang ingin bekerja lebih cerdas,
bukan sekadar lebih keras.
Prediksi Topik Rapat Sebelum Dimulai
Salah satu tantangan terbesar saat menghadiri rapat adalah
ketidaksiapan. Sering kali kita baru tahu arah diskusi setelah pertemuan
berlangsung. Nadella menggunakan GPT-5 untuk mengatasi hal ini.
Prompt yang ia gunakan kira-kira berbunyi:
“Dari percakapan sebelumnya dengan [Nama], sebutkan lima hal
utama yang kemungkinan akan muncul dalam rapat berikutnya.”
Dengan instruksi ini, Copilot menganalisis email, catatan
rapat, atau pesan singkat yang pernah ditukar dengan orang tersebut. Hasilnya
adalah daftar prediksi topik yang akan dibicarakan. Bayangkan, Anda masuk rapat
dengan catatan “spoiler” tentang agenda yang mungkin muncul. Jelas ini memberi
keunggulan karena Anda bisa menyiapkan jawaban, data, atau ide lebih matang
sebelum pertemuan dimulai.
Membuat Laporan Proyek Tanpa Ribet
Siapa yang tidak pernah pusing saat harus merangkum status
proyek? Ada email masuk, catatan rapat di aplikasi berbeda, dan diskusi tim di
chat yang berserakan. Nadella punya cara ringkas meminta Copilot menyatukan
semuanya.
Promptnya kurang lebih:
“Buat laporan proyek berdasarkan email, obrolan, dan rapat
di [Seri]. Sertakan pencapaian, target KPI, risiko, serta pertanyaan penting
yang mungkin muncul.”
Dengan instruksi tersebut, GPT-5 menghasilkan laporan
lengkap yang menyajikan gambaran menyeluruh. Tak hanya mendaftar apa yang sudah
dikerjakan, tapi juga menghubungkan progres dengan target yang ditetapkan.
Risiko dan hambatan pun dipetakan dengan jelas. Bagi seorang manajer atau
pimpinan, ini ibarat memiliki “asisten pribadi” yang bisa menyusun ringkasan
proyek hanya dalam hitungan menit.
Mengukur Kesiapan Peluncuran Produk
Dalam bisnis teknologi, peluncuran produk adalah momen
krusial. Salah langkah bisa berimbas besar. Nadella mengandalkan GPT-5 untuk
mengevaluasi sejauh mana kesiapan tim sebelum sebuah produk benar-benar
diluncurkan.
Prompt yang ia gunakan berbunyi:
“Apakah peluncuran [Produk] sudah sesuai rencana? Analisis
progres engineering, hasil uji coba, serta risiko. Berikan estimasi
probabilitas keberhasilan.”
Dengan cara ini, Copilot tidak hanya menyajikan data mentah,
melainkan juga menilai kemungkinan suksesnya peluncuran. Jadi, alih-alih
menebak-nebak, pimpinan bisa mengambil keputusan berdasarkan prediksi berbasis
data. Ini semacam “ramalan bisnis” modern yang jauh lebih andal karena
berangkat dari fakta.
Mengetahui Ke Mana Waktu Terbuang
Pernah merasa sibuk seharian tapi tidak tahu kemana energi
habis? Nadella mengatasinya dengan memanfaatkan Copilot untuk memetakan
distribusi waktunya.
Prompt yang ia jalankan:
“Tinjau kalender dan email selama satu bulan terakhir.
Kelompokkan aktivitas ke dalam 5–7 kategori utama, lalu berikan persentase
waktu dan deskripsi singkat tiap kategori.”
Hasilnya adalah analisis sederhana namun membuka mata: ternyata berapa persen waktu habis untuk rapat, berapa banyak tersedot ke diskusi internal, dan berapa yang benar-benar dipakai untuk strategi. Dengan data ini, seseorang bisa lebih sadar untuk menata ulang prioritas. Bagi eksekutif sekaliber Nadella, kejelasan alokasi waktu jelas penting agar fokus tetap terjaga pada hal-hal yang strategis.
Persiapan Rapat Lebih Terarah
Tidak semua rapat sama pentingnya, tetapi hampir semua rapat
menuntut persiapan. Nadella punya trik menggunakan GPT-5 agar tidak datang
dengan tangan kosong.
Prompt yang ia pakai kira-kira:
“Analisis email [tertentu] dan siapkan saya menghadapi rapat
berikutnya di [Seri], berdasarkan diskusi sebelumnya dengan tim.”
Dengan begitu, Copilot merangkum poin penting dari
percakapan yang relevan dan menyusunnya menjadi “briefing singkat”. Hasilnya,
ia bisa masuk ruang rapat dengan pemahaman penuh tentang konteks, tanpa harus
menelusuri kembali ratusan pesan.
AI Sebagai Mitra, Bukan Sekadar Alat
Kelima prompt ini bukan hanya trik teknis, melainkan juga
cerminan cara baru dalam bekerja. AI tidak lagi diposisikan sekadar mesin
pencari jawaban, melainkan mitra strategis yang membantu menghemat waktu,
merangkum informasi, hingga memberi prediksi.
Bagi karyawan biasa, mungkin tidak semua prompt bisa
langsung diterapkan. Namun prinsipnya tetap sama, AI bisa membantu menata
informasi, menghemat energi, dan mempercepat pengambilan keputusan. Mulai dari
menyusun laporan, mengatur jadwal, hingga mempersiapkan presentasi semua bisa
dibuat lebih efisien dengan bantuan GPT-5.
Satya Nadella seolah memberi pesan bahwa masa depan
pekerjaan bukanlah tentang menggantikan manusia, melainkan menciptakan
kolaborasi yang lebih erat antara manusia dan teknologi. Prompt hanyalah alat,
tetapi cara kita menggunakannya yang menentukan hasil akhir.
Kesimpulan
Dengan membagikan “contekan” lima prompt andalannya, Nadella
sebenarnya sedang menunjukkan arah baru bagaimana AI bisa masuk ke ruang kerja
sehari-hari. Produktivitas tidak lagi hanya soal bekerja lebih lama, tetapi
tentang memanfaatkan teknologi untuk bekerja lebih cerdas.
Mulai dari memprediksi isi rapat, menyusun laporan, menilai
kesiapan produk, mengevaluasi penggunaan waktu, hingga mempersiapkan rapat
semua bisa diselesaikan dengan bantuan GPT-5. Pertanyaannya kini bukan lagi
apakah kita akan memakai AI, melainkan sejauh mana kita mampu
mengintegrasikannya dalam rutinitas agar tetap relevan dan efisien.