SUDUTPANDANG. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi
komunikasi memang memudahkan banyak hal. WhatsApp, misalnya, bukan hanya
sekadar aplikasi chatting, tapi juga sudah mendukung berbagai fitur modern,
mulai dari panggilan video, berbagi dokumen, hingga share screen atau berbagi
layar. Sayangnya, fitur canggih ini kini justru dimanfaatkan pihak tak
bertanggung jawab untuk menjalankan aksi penipuan.
Badan Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) bahkan
secara resmi mengeluarkan peringatan terkait maraknya penipuan dengan modus
berbagi layar di aplikasi perpesanan, terutama WhatsApp. Yang lebih
mengkhawatirkan, pola serupa juga sudah terdeteksi di Indonesia, dengan
beberapa kasus yang sempat mencuat ke publik.
Bagaimana Cara Kerja Penipuan Share Screen?
Pada dasarnya, modus ini memanfaatkan kelemahan manusia rasa
percaya. Pelaku akan berpura-pura menjadi orang yang memiliki otoritas,
misalnya pegawai bank, petugas lembaga pemerintah, atau bahkan pihak perusahaan
resmi. Mereka menghubungi korban lewat telepon atau panggilan WhatsApp, lalu
menyampaikan informasi yang tampak meyakinkan.
Setelah membangun kepercayaan, pelaku mulai mengarahkan
korban untuk mengaktifkan fitur share screen. Alasannya bisa bermacam-macam,
misalnya untuk membantu proses verifikasi data, menyelesaikan kendala
administrasi, atau mempercepat layanan.
Begitu layar korban terbuka, pelaku bisa mengintip semua aktivitas yang sedang dilakukan secara real time. Mereka dapat melihat pesan masuk, kode OTP dari SMS atau email, bahkan aktivitas di aplikasi perbankan atau dompet digital. Dengan informasi ini, mereka bisa mengambil alih akun, melakukan transaksi ilegal, hingga mencuri identitas korban.
Mengapa Modus Ini Sangat Berbahaya?
- Akses instan ke informasi rahasia
Tidak seperti penipuan biasa yang memerlukan trik tambahan, share screen memberikan jalan pintas. Begitu korban menyalakan fitur ini, pelaku bisa langsung menyaksikan seluruh isi layar, termasuk data sensitif yang biasanya tersembunyi. - Korban merasa tidak sedang membocorkan data
Banyak orang tidak sadar bahwa dengan berbagi layar, mereka sama saja memperlihatkan semua data penting. Bahkan saat hanya membuka notifikasi sebentar, pelaku bisa dengan cepat mencatat atau merekamnya. - Berpotensi merugikan banyak pihak
Setelah mendapatkan data korban, pelaku bukan hanya mencuri uang. Mereka juga bisa menyalahgunakan akun WhatsApp untuk menipu orang-orang lain dalam daftar kontak korban. Artinya, kerugiannya bisa meluas.
Kasus di Indonesia Bukan Lagi Sekadar Isu Global
Jika sebelumnya isu ini dianggap masalah luar negeri, kini
faktanya berbeda. Di Indonesia, sudah ada laporan terkait penipuan dengan pola
serupa. Salah satunya menimpa pejabat publik yang ditelepon oleh seseorang
mengaku sebagai petugas kecamatan. Dalihnya sederhana, membantu menyelesaikan
urusan administrasi digital.
Untungnya, sang pejabat menyadari ada kejanggalan sebelum
sempat menyalakan fitur share screen. Namun, tidak semua orang seberuntung itu.
Beberapa pengguna lain dilaporkan kehilangan akses WhatsApp, bahkan ada yang
mengalami kerugian finansial setelah data mereka disalahgunakan.
Bagaimana Cara Melindungi Diri?
Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan masyarakat agar tidak terjebak dalam modus penipuan ini:
- Jangan pernah menyalakan share screen untuk orang asing
Ingat, fitur ini hanya aman digunakan dengan keluarga, teman dekat, atau keperluan kerja yang jelas. Jika ada orang asing meminta Anda melakukannya, hampir pasti itu adalah penipuan. - Verifikasi identitas penelepon
Bila ada pihak yang mengaku dari bank, lembaga pemerintah, atau perusahaan resmi, pastikan kebenarannya dengan menghubungi nomor layanan pelanggan resmi. Jangan percaya begitu saja pada nomor pribadi yang mengatasnamakan instansi. - Rahasiakan kode OTP
Kode OTP adalah “kunci rumah” dari akun digital Anda. Jangan pernah membagikannya, baik secara lisan maupun dengan memperlihatkan layar ponsel. - Aktifkan keamanan tambahan
Gunakan fitur verifikasi dua langkah (two-factor authentication/2FA) di WhatsApp dan aplikasi perbankan untuk menambah lapisan perlindungan. - Update aplikasi dan sistem operasi
Pembaruan software sering kali berisi perbaikan keamanan. Dengan rutin memperbarui aplikasi, risiko celah keamanan bisa ditekan. - Edukasi keluarga dan orang terdekat
Penipu sering menargetkan orang tua atau mereka yang kurang paham teknologi. Pastikan keluarga Anda tahu bahaya berbagi layar dengan orang asing.
Peran Edukasi Publik
Kasus penipuan dengan modus share screen menunjukkan bahwa
literasi digital masih menjadi tantangan besar, bahkan di era serba online
seperti sekarang. Banyak orang sudah terbiasa menggunakan aplikasi, tapi belum
memahami konsekuensi keamanan dari fitur yang tersedia.
Di sinilah peran edukasi publik menjadi penting. Pemerintah,
media, lembaga keuangan, hingga komunitas digital perlu aktif menyosialisasikan
bahaya modus ini. Dengan pemahaman yang baik, masyarakat tidak mudah panik
ketika dihubungi “petugas palsu” dan bisa lebih kritis dalam merespons
permintaan mencurigakan.
Penutup
Peringatan dari FBI tentang maraknya penipuan berbasis share
screen seharusnya menjadi alarm bagi kita semua. Bukan hanya karena kasus ini
terjadi di luar negeri, tetapi karena sudah terbukti masuk ke Indonesia.
Teknologi hadir untuk memudahkan, namun tanpa kewaspadaan,
justru bisa menjadi pintu masuk kejahatan. Jangan biarkan fitur canggih di
ponsel Anda menjadi senjata bagi penipu. Tetap kritis, selalu verifikasi, dan
jangan pernah berbagi layar dengan orang asing. Dengan langkah sederhana ini,
Anda sudah melindungi diri sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitar Anda
dari potensi kerugian yang jauh lebih besar.