iPhone Bangkit Lagi di China Strategi Diskon dan Adaptasi Jadi Senjata Ampuh Apple

     

    iPhone Bangkit Lagi di China Strategi Diskon dan Adaptasi Jadi Senjata Ampuh Apple

    Sudutpandang. Setelah dua tahun penuh tantangan di pasar China, Apple akhirnya mencetak comeback yang tak bisa diabaikan. Dalam tiga bulan terakhir hingga Juni 2025, penjualan iPhone di Negeri Tirai Bambu melonjak sekitar 8 persen secara tahunan. Bagi Apple, ini bukan sekadar angka ini sinyal bahwa mereka masih punya tempat di hati konsumen China.

     

    Bukan Sekadar Keberuntungan, Ini Jurus Apple


    Keberhasilan Apple kali ini bukan karena keberuntungan atau tren musiman semata. Ada tiga langkah cerdas yang mereka mainkan dengan sangat strategis:

    1. Serangan Diskon Besar-besaran
      Jelang festival belanja besar-besaran “618”, Apple menggelar promosi yang luar biasa agresif. Potongan harga untuk seri iPhone 16, terutama varian Pro dan Pro Max, bisa mencapai 2.530 yuan (setara hampir Rp 5,7 juta). Tak hanya itu, pemerintah daerah juga ikut memberi subsidi tambahan sekitar 500 yuan untuk produk di bawah harga tertentu. Hasilnya? Konsumenpun tergoda.
    2. Program Tukar Tambah yang Lebih Menguntungkan
      Apple menghidupkan kembali daya tarik program trade-in, kali ini dengan nilai tukar yang lebih tinggi dari biasanya. Pengguna iPhone lawas jadi lebih mudah memutuskan untuk beralih ke model baru tanpa merasa ‘rugi’.

    Peluncuran iPhone 16e Menjawab Suara Konsumen Menengah


    Melihat perlambatan ekonomi dan perubahan daya beli masyarakat, Apple pun menghadirkan iPhone 16e varian baru yang lebih terjangkau. Diluncurkan pada Februari 2025, ponsel ini menyasar pengguna kelas menengah yang sebelumnya mungkin memilih merek lokal seperti Xiaomi atau Oppo.

     

    Apple Masih di Bawah Bayang-bayang Huawei


    Meski mencatat pertumbuhan positif, posisi Apple belum bisa dikatakan aman. Saat ini mereka masih menduduki peringkat ketiga di pasar ponsel China, tertinggal di belakang Huawei dan Vivo. Huawei, sang ‘anak kandung’ China, mencatat pertumbuhan 12 persen di periode yang sama diperkuat oleh kebangkitan chipset buatan dalam negeri dan dukungan penuh dari konsumen lokal.

     

    Di sisi lain, Xiaomi dan Oppo tak tinggal diam. Mereka terus menekan Apple dengan ponsel lipat, kamera super canggih, dan teknologi AI generatif yang kian menggoda.

    Tantangan Apple Belum Selesai


    Keberhasilan ini tentu membanggakan, namun belum menjamin kelangsungan jangka panjang. Beberapa tantangan yang harus diperhatikan Apple ke depan antara lain:

    • Subsidi Pemerintah Bisa Saja Menghilang
      Banyak analis memperkirakan bahwa subsidi lokal tidak akan berlanjut di paruh kedua tahun ini. Jika benar, maka daya beli konsumen bisa menurun dan strategi diskon tak lagi seefektif sebelumnya.
    • Persaingan Inovasi dari Vendor Lokal
      Huawei, Xiaomi, dan Vivo terus memimpin dalam hal inovasi perangkat keras. Dari ponsel lipat hingga fitur berbasis AI, mereka makin matang dalam menghadirkan teknologi dengan harga lebih kompetitif.

    China Menjadi Pasar Strategis

    Jangan lupa, China menyumbang hampir 20 persen dari total penjualan iPhone global. Jika Apple kehilangan daya saing di sana, dampaknya bisa terasa secara global.

     

    Tanggal 31 Juli Jadi Penentu

    Apple dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal ketiganya pada 31 Juli 2025. Semua mata tertuju pada performa mereka di pasar China apakah tren positif ini berlanjut, atau hanya angin segar sesaat?

     

    LihatTutupKomentar