Sudutpandang. Ditengah gegap gempita dunia maya yang cepat banget berubah,
muncul satu lagi tren yang sukses mencuri perhatian netizen Indonesia. Sebuah
meme absurd tapi catchy berjudul “Tung Tung Tung Sahur”. Meme ini nggak cuma
bikin ngakak, tapi juga jadi refleksi unik tentang bagaimana budaya lokal bisa
dibalut dengan estetika digital masa kini yang absurd dan viral.
Asal-Usul Dari TikTok Menuju Timeline Semua Orang
Segalanya bermula dari TikTok tepatnya, pada 27 Februari
2025, akun @noxaasht mem-posting sebuah konten animasi AI yang menggambarkan
karakter kayu berbentuk kentongan hidup, lengkap dengan wajah, tangan, dan
kaki. Karakter ini tampak membawa tongkat dan mengeluarkan suara khas yang
langsung jadi ciri khas:
“Tung tung tung tung sahur. Anomali mengerikan yang hanya
keluar pada sahur. Konon katanya kalau ada orang yang dipanggil sahur tiga kali
dan tidak nyaut, maka makhluk ini akan datang kerumah kalian. Hi seremnya.”
Narasi ini disampaikan dengan tone suara yang dramatis tapi
kocak, bikin banyak orang antara takut-takut dan ngakak. Efeknya? Meledak.
Video ini langsung viral, diremix, dijadikan fanart, bahkan disulap jadi konten
horor parodi.
Gaya Italian Brainrot Absurd Tapi Ngena
Meme ini ternyata masuk ke dalam subkultur digital yang
sedang naik daun yakni Italian Brainrot. Ini adalah tren yang menampilkan
karakter-karakter tak masuk akal hasil AI, biasanya dengan nama yang aneh dan
desain yang nyeleneh. Contoh lainnya adalah “Tralalero Tralala” (hiu pakai
sepatu Nike) dan “Bombardiro Crocodilo” (buaya badan jet tempur). Mereka
absurd, tapi justru itu yang bikin mereka gampang viral.
Meme Tung Sahur ini cocok banget masuk ketren itu, karena
desain karakternya nggak kalah nyeleneh. Tapi yang bikin beda, adalah sentuhan
budaya lokal Indonesia yang membuatnya terasa lebih dekat dan relatable buat
penonton Tanah Air.
Kentongan Dari Budaya Ramadan ke Dunia Digital
Buat yang belum familiar, kentongan adalah alat tradisional
dari kayu yang dibunyikan dengan cara dipukul. Di Indonesia, kentongan kerap
digunakan untuk berbagai hal dari penanda waktu ronda malam, hingga alarm sahur
dibulan Ramadan. Nah, dalam meme ini, kentongan dihidupkan jadi karakter mistis
yang seolah-olah bakal menghampiri mereka yang malas bangun sahur.
Meme ini lucunya berhasil mengawinkan kekayaan budaya lokal
dengan gaya digital modern. Dibalik kelucuannya, ada semacam sindiran ringan
buat mereka yang sering telat bangun sahur, dibalut dalam format meme yang
sangat kekinian.
Kenapa Bisa Viral?
Alasan kenapa “Tung Tung Tung Sahur” begitu viral ada
beberapa:
- Catchy banget – Suara kentongan dan narasi dramatisnya gampang banget nempel dikepala.
- Visual absurd – Bentuk karakternya nyeleneh tapi memorable.
- Budaya lokal – Nuansa kentongan dan sahur bikin orang Indonesia langsung nyambung.
- Potensi remix tinggi – Formatnya gampang dijadikan konten baru: bisa diremix, dijadikan audio TikTok, bahkan diilustrasikan ulang.
Dari TikTok ke Memeverse
Dari TikTok, meme ini menyebar cepat ke Twitter/X,
Instagram, hingga masuk keforum-forum digital. Banyak kreator konten ikut
nimbrung, bikin versi sendiri. Ada yang menggabungkan dengan anime, ada yang
bikin versi horor beneran, ada juga yang menjadikan ini template untuk
lucu-lucuan Ramadan.
Dalam dunia yang serba cepat kayak sekarang, “Tung Tung Tung
Sahur” jadi bukti nyata bahwa kreativitas digital bisa lahir dari hal sederhana
menjadi sebuah kentongan kayu yang diberi nyawa oleh imajinasi digital.
Absurd Tapi Ada Makna
Menurut Sudutpandang meme ini lebih dari sekadar hiburan. Ia
adalah pertemuan antara teknologi, kreativitas absurd, dan budaya lokal. “Tung
Tung Tung Sahur” bukan cuma lucu, tapi juga jadi refleksi bagaimana anak muda
memaknai tradisi lewat bahasa visual yang baru dan menggugah.
So, kalau kamu denger suara kentongan difeed kamu, jangan
buru-buru swipe. Bisa jadi itu “makhluk sahur” yang mau ngingetin kamu buat
bangun. Tapi tenang aja dia nggak beneran datang kecuali kamu nggak nyaut tiga
kali.