Sudutpandang. Di era serba digital seperti sekarang menjadikan smartphone
bukan sekadar alat komunikasi. Kehadirannya sudah menjadi bagian dari gaya
hidup global. Namun ada satu negara yang menyajikan cerita berbeda sebut saja
Korea Utara. Disana ponsel pintar memang ada, bahkan desainnya tak kalah
menarik dengan buatan luar negeri. Tapi tunggu dulu, jangan bayangkan iPhone
atau Galaxy yang bisa bebas berselancar di internet. Sebab realitasnya sangat
berbeda.
Kenalan dengan Samtaesong 8 Si Canggih Berwajah Lokal
Samtaesong 8, itulah nama gawai pintar terbaru yang ramai
diperbincangkan. Dari luar, tampilannya elegan, meniru estetika smartphone Android
dari merek-merek global. Tapi di balik bodi mengilap itu, tersembunyi sistem
yang dikurasi ketat oleh pemerintah.
Nama “Samtaesong” sendiri bukan sekadar label. Dalam bahasa
Korea, artinya “tiga bintang terang” sebuah penghormatan untuk tiga tokoh besar
dalam dinasti Kim yakni Kim Il-sung, Kim Jong-suk, dan Kim Jong-il. Ya, bahkan
dari nama ponsel saja, nuansa ideologis sudah terasa.
Ada Kamera Ada Layar Sentuh
Jangan harap bisa scroll Instagram atau menonton YouTube
dari Samtaesong 8. Ponsel ini hanya terhubung ke jaringan intranet nasional,
bukan internet global. Semua aplikasi dan konten didesain agar tetap dalam
koridor “aman” versi negara.
Lebih dari itu, perangkat ini memiliki sistem pengawasan
internal. Tangkapan layar bisa dilakukan secara tersembunyi mungkin bukan oleh
pemiliknya. Bahkan, sistemnya dapat menyensor kata-kata tertentu yang dianggap
sensitif. Fitur semacam ini membuat penggunaan ponsel lebih mirip ruang publik
yang diawasi ketat, ketimbang ruang pribadi.
Etika Memakai Ponsel ala Korea Utara
Tak hanya teknologinya yang dikontrol, cara memakai ponselpun diatur secara resmi. Stasiun televisi negara KCTV pernah menayangkan
imbauan yang cukup unik membuat pengguna disarankan menunggu beberapa detik sebelum
mengangkat telepon untuk menghindari “bahaya gelombang elektromagnetik”. Layarpun
harus disesuaikan pencahayaannya agar tidak merusak mata, dan anak-anak
dilarang terlalu lama bermain ponsel. Semua ini menunjukkan, bahkan interaksi
sederhana seperti menjawab panggilan pun diatur dengan penuh pertimbangan.
Teknologi dalam Genggaman, Kebebasan Tetap Jauh di Angan
Samtaesong 8 menggambarkan wajah modernitas dalam bingkai
yang sangat khas Korea Utara tertata rapi, penuh batas, dan selalu diawasi.
Bagi masyarakat disana, memiliki ponsel pintar bukan berarti bebas berkreasi
atau berekspresi, tapi lebih kepada mengikuti jalur teknologi yang telah
ditentukan.
Teknologi aplikasi, dalam konteks ini, bukan alat untuk menjelajahi
dunia melainkan cermin dari filosofi dan sistem sosial negara. Canggih? Ya.
Bebas? Jelas tidak.